Narsisme di Dunia Kerja

narcissist-111020

Pada tahun 90-an, media masih menyuguhkan tontonan seperti komedi situasi, sinetron, dan serial. Setelah itu, muncul tayangan Reality TV yang mengalihkan perhatian kita untuk menonton kehidupan orang lain sehari-hari. Kemudian dalam satu dekade terakhir, media sosial telah membawa kita untuk menyiarkan kehidupan pribadi kita dan kita menjadi seorang bintang selama 24/7. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menjadi aktor dan produk konsumsi sekaligus.

Pada buku Living in the Age of Entitlement, psikolog Jean Twenge dan W. Keith Campbell melakukan survey pada 37.000 mahasiswa dan hasilnya menunjukkan bahwa trait kepribadian narsistik meningkat tajam sejak tahun 1980-an sampai saat ini. Pada saat yang sama, terdapat penurunan yang tajam pada tingkat altruisme dan empati sejak munculnya Facebook dan Twitter. Sekarang ini, kita seakan-akan lebih terhubung dengan banyak orang dari sebelumnya, namun kurang ‘mendekatkan’ diri dengan orang di sekitar kita.

Semakin narsistik seseorang, semakin sering ia menggunakan media sosial. Studi ilmiah juga menunjukkan bahwa jumlah update status, mengambil foto selfie, check-in, memperoleh follower dan teman di dunia maya, semuanya ini menunjukkan korelasi positif dengan narsisme. Hal ini terjadi karena individu yang narsistik lebih menggunakan media sosial untuk menggambarkan citra diri mereka yang mereka inginkan, meskipun tidak realistis.

Faktor di balik perilaku narsistik adalah keyakinan individu bahwa ia adalah seseorang yang unik atau istimewa. Hal ini terjadi karena pengaruh orang dewasa yang memberikan umpan balik positif terus-menerus saat kita kecil.

Meskipun biasanya perilaku narsistik dipandang negatif, menurut penelitian terbaru Dr. Jeff Foster, Direktur Hogan Research Department dan Dara Pickering, konsultan riset menyatakan bahwa narsisme dapat memberikan pengaruh positif pada karier individu. Mereka melakukan pengujian pada 1000 partisipan dan ingin melihat hubungan antara data prestasi kerja dan skor di skala Bold di Hogan Development Survey (HDS). HDS mengukur kecenderungan perilaku seseorang saat stres atau menghadapi tekanan. Skala Bold di HDS sejalan dengan gangguan kepribadian narsistik dalam Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang memperoleh skor rendah di skala Bold, lebih cenderung berperilaku tidak mempromosikan diri sendiri dan dipandang sebagai anggota tim yang dapat diandalkan. Sedangkan individu dengan skala tinggi, dianggap lebih memahami pekerjaan mereka, berinisiatif, dapat mencapai hasil yang ditetapkan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah individu seperti ini sebenarnya lebih efektif di tempat kerja, atau mereka hanya baik dalam mempromosikan diri sendiri dan memiliki agenda tertentu.

Perilaku narsistik dapat menguntungkan dalam batas tertentu. Namun ketika individu berada di bawah tekanan, mereka cenderung menggunakan kekuatan secara berlebihan. Hal ini dapat merugikan kinerja individu. Individu dengan skala Bold yang tinggi cenderung ambisius dan tak takut ketika menghadapi tugas sulit, impulsif, menilai tinggi kemampuan dan kompetensi diri, menganggap dirinya benar tanpa mencari masukan dari orang lain, dan memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin.

Bagaimana cara mengatasi individu narsistik di tempat kerja?

Jika individu narsistik diberikan pemahaman yang realistik mengenai kekuatan, kelemahan, dan kecenderungan perilaku mereka, mereka dapat memanfaatkan hasil positif terkait dengan narsisme. Individu narsistik percaya bahwa mereka memiliki kemampuan tinggi dan biasanya menolak umpan balik yang diberikan. Sebagai saran pengembangan untuk memajukan agenda pribadi mereka, individu narsistik dapat diajak untuk:

  • Menurunkan harapan mereka untuk memperoleh perlakuan khusus dan mencoba untuk menerima tanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat
  • Mencari umpan balik dari keluarga dan teman yang positif dan bertujuan baik
  • Tidak menganggap interaksi tim sebagai kesempatan untuk berkompetisi.
  • Menyadari bahwa bawahan dapat menjadi produktif ketika mereka merasa dihargai, belajar bagaimana memberikan umpan balik positif kepada orang lain ketika mereka berkontribusi
  • Menggunakan kepercayaan diri, energi, dan tekad untuk memotivasi orang lain, bukannya mengintimidasi.

 

Dirangkum oleh Prisila Sekar Rani dari:

http://www.theguardian.com/media-network/media-network-blog/2014/mar/13/selfie-social-media-love-digital-narcassism

I’m Good Enough, I’m Smart Enough, and Doggone it People Like Me by Hogan Assessment Systems.

Digital Narcissism: The Rise of the Selfie and Dealing with Shameless Self-Promoters in the Workplace by Hogan Assessment Systems.

Read More

Seri Mythbusters: Otak Kanan vs. Otak Kiri

Left-Brain-vs.-Right-Brain1

Judul asli: Mythbusters Series: Right-Brained vs. Left-Brained

Ditulis oleh: Krista Pederson

Diterjemahkan dan disarikan oleh: Prisila Sekar Rani

 

Mitos bahwa kepribadian dan keterampilan masyarakat didasarkan pada dominannya sisi otak telah menjadi pembahasan di dunia psikologi selama bertahun-tahun, menciptakan munculnya berbagai kuis di internet dan posting-an facebook. Namun kenyataannya, tidak ada namanya kepribadian berdasarkan sisi otak mana yang dominan.

Menurut penelitian dari University of Utah, individu tidak menunjukkan sisi fungsi otak mana yang lebih dominan. Memang terdapat fungsi tertentu yang terjadi di belahan dan daerah otak yang terpisah, namun penelitian tidak menemukan bukti lebih dominan otak kanan maupun otak kiri pada individu, atau bukti lain yang menunjukkan kepribadian berasal dari dominasi belahan otak.

Apa artinya ini? Nah, itu berarti kita akhirnya dapat lepas dari stereotip umum mengenai teori otak kiri-kanan. Orang yang menyimpulkan bahwa “laki-laki cenderung berotak kiri sehingga lebih analitis” dan “perempuan cenderung berotak kanan sehingga lebih kreatif” adalah salah. Alasan bahwa Anda tidak mengerti matematika karena Anda “berotak kanan” adalah tidak masuk akal sama seperti halnya alasan yang mengklaim Anda tidak mengerti seni karena Anda “berotak kiri”. Komponis besar harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai matematika agar mampu membuat musik. Demikian juga akan sulit untuk menyangkal kualitas artistik dari urutan Fibonacci matematika di ilmu pengetahuan dan seni.

Orang tampaknya senang mengelompokkan hal-hal ke dalam kategori sederhana karena mudah. Pengkategorian dari “tipe otak kanan: berseni, kreatif” versus “tipe otak kiri: analitis, berdasarkan data” adalah sederhana dan mudah dicerna. Tetapi kehidupan tidak sesederhana itu. Penelitian menunjukkan bahwa ada lebih dari dua jenis kepribadian di dunia dan bahwa perbedaan antara kepribadian tidak berubah berdasarkan perbedaan jenis kelamin atau etnis/ ras. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan alat tes psikologis yang dapat mengukur kepribadian individu secara akurat dan tidak bias.

 

Sumber:

http://info.hoganassessments.com/blog/mythbusters-series-right-brained-vs.-left-brained

 

Kata Kunci Artikel ini:

  • akashi menyeret paksa kuroko yang berotak
  • Data keselamatan otak kanan

Read More

Keterkaitan Kepribadian dengan Keselamatan Kerja

Safety-Workwear

Keselamatan kerja  merupakan salah satu aspek yang penting dari kinerja. Kemajuan dalam bidang peralatan, teknologi, dan prosedur dapat meningkatkan keselamatan kerja. Bahkan program pelatihan safety telah diberikan perusahaan untuk menekankan betapa pentingnya keselamatan kinerja. Oleh karena itu, tidak heran jika perusahaan dapat menghabiskan uang miliaran bahkan lebih per tahun untuk menghindari kecelakaan kerja dan menjaga keselamatan kerja.

Umumnya, kecelakaan akan dilihat sebagai akibat dari kesalahan desain dan proses. Oleh karena itu, protokol dan prosedur selalu menjadi materi penting dalam pelatihan safety. Namun, apakah Anda tahu bahwa sumber utama yang sebenarnya dari keselamatan kerja adalah karakteristik kepribadian individu itu sendiri? Menurut Greg Ford, 90% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh human error, bukan karena adanya kegagalan peralatan ataupun factor lain. Bila kita mengingat kembali peristiwa besar seperti insiden Chernobyl maupun tenggelamnya Kapal Costa Concordia, penyebab dasar dari peristiwa tersebut adalah karena human error. Peristiwa tersebut merupakan insiden yang tidak terlupakan dan berdampak besar, banyak nyawa hilang karena menjadi korban dan juga menyebabkan kerugian yang tidak terhitung biayanya.

Pada lingkungan kerja yang terdapat alat berat atau mesin, pada didapati bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh individu-individu yang memiliki kecenderungan pola kepribadian yang sama dilihat dari perilakunya. Dengan kata lain, kecenderungan perilaku tersebut yang akan mengakibatkan risiko terjadinya human error di tempat kerja semakin besar. Perilaku yang didapati mengakibatkan kecelakaan di tempat kerja dan/ atau insiden yang terkait dengan safety cenderung dimiliki oleh individu yang tidak memperhatikan detail, sulit mengikuti aturan, tidak mampu menangani stress, sulit bersosialisasi dengan orang lain dan lebih senang bekerja, ataupun terlalu supel dan menjadi pusat perhatian.

Hogan telah meneliti perilaku yang berkaitan dengan safety selama 30 tahun dalam berbagai industri, penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara kepribadian dan perilaku yang terkait dengan safety. Hogan Assessment dapat memberikan prediksi kinerja maupun gambaran perilaku safety di tempat kerja. Asesmen mengenai safety dapat dimasukkan sebagai bagian dari proses perekrutan sehingga perusahaan akan mempekerjakan individu yang memiliki safe behavior yang akan meminimalkan risiko kecelakaan kerja ke depannya. Selain itu, dapat juga digunakan untuk pengembangan para karyawan, bagaimana mereka memahami kepribadiannya sendiri akan mempengaruhi keselamatan kerja dan mereka harus bertanggung jawab untuk hal tersebut, bagaimana mereka membangun situasi yang aman, dapat mengenali karyawan yang memiliki kecenderungan berisiko, dan melakukan coaching mengenai safety.

Dengan penggunaan Asesmen safety secara menyeluruh, perusahaan dapat menghindari pengeluaran biaya untuk kecelakaan kerja, produktivitas yang semakin meningkat, meningkatkan corporate image dan reputasi perusahaan, dan bahkan yang tidak kalah penting adalah akan menyelamatkan nyawa orang banyak.

 

Dirangkum oleh Prisila Sekar Rani dari:

http://info.hoganassessments.com/blog/qa-personality-and-safety

http://www.hrvoice.org/the-link-between-personality-and-human-error-using-assessments-to-hire-safety-minded-employees/

Kata Kunci Artikel ini:

  • contoh soal test experd consultant
  • contoh soal Values and Motives Inventory

Read More

Seri Mythbusters: Manusia Berpikir Rasional

rational

Judul asli: Mythbusters Series: People Are Rational

Penulis asli: Dustin Hunter

Diterjemahkan dan disarikan oleh Mirna Oktaviani

 
Sebenarnya tidak ada yang namanya individu yang murni rasional atau logis. Secara umum, manusia tidak rasional dan sebagian besar merupakan seorang pengambil keputusan yang tidak konsisten. Apabila kita melihat sistem lotre di Amerika Serikat, para ekonom menyebut lotre sebagai sebuah ‘pajak kebodohan’; poin buktinya, lotre menghasilkan pemasukan tahunan sekitar 68 milyar dollar AS di tahun 2013. John Oliver pada acara “Last Week Tonight” di HBO menyampaikan bahwa orang Amerika menghabiskan uang untuk membeli lotre: “Angka tersebut menunjukkan bahwa orang Amerika pada tahun lalu menghabiskan lebih banyak uang untuk lotre dibandingkan dengan gabungan dari membeli tiket bioskop, musik, porno, NFL, baseball Major League, dan permainan video. Hal ini berarti pada dasarnya orang Amerika menghabiskan lebih banyak uang untuk lotre daripada untuk (negara) Amerika.”

Setiap orang percaya bahwa mereka dapat mengalahkan kemungkinan (sekecil apapun). Mereka percaya jika mereka memutuskan untuk ikut bermain, kemungkinan akan berpihak pada mereka hanya karena mereka berpartisipasi dalam permainan. Sebenarnya, studi menunjukkan bahwa setiap orang percaya bahwa ia berada di atas rata-rata pada hampir semua hal (bukan hanya dalam menebak lotre). Diantaranya termasuk kecerdasan, keterampilan mengemudi, dan kemampuan seksual. Bias yang dipelajari dengan baik ini disebut illusory superiority, atau efek di atas rata-rata. Dan Anda tidak harus menjadi seorang psikolog Industri & Organisasi untuk mengetahui bahwa tidak semua orang berada di sisi kanan dari distribusi normal.

Contoh lain misalnya, mengirim pesan di ponsel saat mengemudi saat ini merupakan epidemi yang mengganggu di jalan raya. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh psikolog University of Utah menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,5% dari populasi, yang dijuluki ‘supertaskers‘, yang bisa cukup baik berbicara di telepon sambil mengemudi dengan aman, apalagi (lebih sedikit lagi) yang mampu mengirim pesan di ponsel sambil mengemudi. Lalu mengapa kebanyakan orang tidak bisa berhenti menatap ponsel pada waktu yang paling tidak tepat untuk melakukan hal tersebut?

Seiring dengan bias natural kita, evolusi bekerja keras melawan pengambilan keputusan rasional. Ketika seseorang mendengar bunyi ‘ding-ding’ yang menghasilkan endorfin dari pesan teks atau email, tombol biologis yang terprogram diaktifkan. Pada awal sejarah manusia, tombol ini bertujuan agar kita bisa dengan cepat mengidentifikasi apakah orang yang menepuk bahu Anda dari belakang (bentuk pesan teks di zaman purba) adalah teman atau musuh. Atensi seseorang terhadap tepukan tersebut bisa berujung pada ucapan salam ataupun pemenggalan kepala. Pesan teks merupakan pemicu yang serupa yang menuntut otak Anda untuk merespon agar bisa menentukan intensi (dari pesan teks tersebut), sekalipun jika itu berarti (sambil) mengemudikan mobil Anda di jalan raya.

Ketika membicarakan pengambilan risiko, baik dengan keuangan atau keselamatan, manusia sangat buruk dalam melihat gambaran besar. Manusia purba hanya harus membuat keputusan yang sangat jangka pendek yang bertujuan untuk memaksimalkan kebutuhan langsung untuk bertahan hidup (pada dasarnya makanan dan seks) karena rentang umur hidup hanya beberapa dekade. Jadi dalam era ini, pengambilan risiko dihitung berdasarkan kemungkinan untuk menghindari hasil yang merugikan, seperti kelaparan atau pemangsa. Hari ini, kita tidak memiliki banyak konsekuensi langsung terhadap tindakan kita, tetapi penjumlahan dari keputusan-keputusan jangka pendek kita akan menentukan keberhasilan jangka panjang kita.

Mudah-mudahan Anda sekarang lebih menyadari kesalahan dari pengambilan keputusan logis. Tetapi jika hal ini tidak relevan untuk Anda, mungkin Anda cenderung pada sekitar 21% dari orang dewasa Amerika yang setuju dengan pernyataan: “Memenangkan lotre merupakan cara paling praktis [bagi saya] untuk mengumpulkan beberapa ratus ribu dolar. ”

Untuk pengungkapan mitos-mitos lainnya, cek di artikel Seri Mythbusters selanjutnya mengenai Otak Kanan versus Otak Kiri.

 

Sumber asli: http://info.hoganassessments.com/blog/mythbusters-people-are-rational

Read More

Dalam Proses Perekrutan, Jangan Bergantung Pada Resume

CV

Judul asli: Don’t Rely on Resumes in the Hiring Process
Penulis asli: Peter Berry Consultancy
Diterjemahkan dan disarikan oleh Prisila Sekar Rani

Resume atau CV, yang berisi data pribadi singkat mengenai kualitas dan atribut kandidat, sudah biasa menjadi suatu referensi atau tolak ukur yang digunakan dalam proses rekrutmen dan seleksi. Namun, CV tidak selalu tepat dalam mengukur kesesuaian kandidat dalam suatu peran pekerjaan. Hanya terlalu fokus pada CV akan meningkatkan risiko pada proses rekrutmen untuk merekrut kandidat yang tidak sesuai. Pendekatan yang menyeluruh harus digunakan dalam proses rekrutmen dan seleksi untuk menghemat waktu Anda maupun perusahaan. Selain harus dilakukan wawancara, asesmen bakat dan kepribadian dapat membantu perusahaan memperoleh gambaran yang lengkap dari tiap kandidat.

Terkait CV, survey terbaru dari CareerBuilder menunjukkan bahwa hampir 58% karyawan melakukan manipulasi pada CV-nya. Menariknya, sekitar 51% HRD mengatakan bahwa secara otomatis akan mendiskualifikasi kandidat yang berbohong dalam CV mereka, 40% akan mempertimbangkan dahulu kebohongan apa yang dilakukan kandidat sebelum mengambil keputusan, dan 7% akan merekrut jika menyukai mereka. Hal-hal yang biasa dimanipulasi dalam CV antara lain masa kerja, jabatan, pengalaman kerja, pendidikan, penghargaan, dan lainnya. Selain manipulasi pada CV, terkadang ada pula kandidat yang melakukan salah ketik, kesalahan tata bahasa di dalam CV. Hal ini menunjukkan bahwa kandidat tersebut kurang berorientasi terhadap detail. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Accountemps, 17% manajer tidak akan meloloskan kandidat yang memiliki kesalahan ketik pada CV-nya.

Hasil survei-survei di atas menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan proses untuk tak hanya melihat CV, namun menggali kandidat lebih dalam. Oleh karena itu, penggunaan alat tes terbaru untuk rekrutmen dan seleksi dapat memberikan gambaran lebih besar mengenai kandidat dan mendapatkan indikasi paling akurat bagaimana kinerja kandidat di tempat kerja. Alat tes seperti Hogan Assessment dapat mengidentifikasi kepribadian dan perilaku kandidat serta bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi kinerjanya pada pekerjaan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional dan bagaimana kandidat nantinya akan bekerjasama dengan rekan kerja.

Sumber asli: http://www.peterberry.com.au/article/dont-rely-on-resumes-in-the-hiring-process#.VDN13FcSQ5Y

Kata Kunci Artikel ini:

  • nilai nilai budaya oreganisasi menurut robert hogan

Read More

Integritas – Kritikal Bagi Keberhasilan Kepemimpinan

integrity

Judul asli: Integrity – Critical for Leadership Success
Penulis asli: Dan Paulk
Diterjemahkan dan disarikan oleh Prisila Sekar Rani
Para pemimpin memerlukan integritas agar dapat berfungsi secara efektif. Integritas dipandang sebagai atribut yang positif. Ketika seseorang dikatakan “memiliki integritas,” hal tersebut merupakan pujian, yang berarti mereka menampilkan kejujuran dan karakter yang kuat. Integritas berasal dari bahasa Latin yaitu “integer,” yang berarti utuh atau lengkap. Oleh karena itu, penggabungan antara kepemimpinan dan integritas adalah memimpin dengan sepenuhnya.

Menurut Jack Welsh, Integritas adalah sesuatu dari sebuah kata yang tidak jelas. Seseorang dengan integritas akan mengatakan hal yang sejujurnya dan akan memegang janjinya. Mereka akan bertanggung jawab atas tindakan masa lalu, mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Mereka tahu dan patuh pada hukum negara mereka, industri dan perusahaan, baik secara tertulis maupun tersirat.

Beberapa survei dan studi kasus menunjukkan bahwa integritas atau kejujuran adalah karakteristik yang paling diinginkan pada seorang pemimpin, Menurut Robert Hogan, pendiri Hogan Assessment menyatakan bahwa dari empat kualitas penting yang harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif, yang terpenting adalah integritas. Integritas merupakan kriteria mendasar bagi kepemimpinan. Sangatlah penting bagi para pemimpin untuk memimpin dengan integritas, nilai dan kejujuran, karena bawahan ingin mengetahui apakah pemimpin mereka dapat dipercaya atau tidak. Cara terbaik untuk membangun kepercayaan karyawan adalah dengan menjaga integritas.

Setiap organisasi membutuhkan CEO dengan integritas yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan mampu memotivasi orang lain, serta dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. CEO merupakan kunci sukses bagi sebuah organisasi, sehingga merekrut orang yang salah akan menyebabkan masalah tidak hanya bagi investor dan karyawan, namun juga organisasi secara keseluruhan.

“The supreme quality for leadership is unquestionably integrity. Without it, no real success is possible, no matter whether it is on a section gang, a football field, in an army, or in an office.”
– Dwight D. Eisenhower

Untuk melihat wawancara dengan Robert Hogan, pendiri Hogan Assessment System, mengenai empat kualitas terpenting bagi pemimpin yang efektif, dimana integrity masuk dalam daftar ini, silakan nonton videonya di A Discussion with Dr. Hogan: What Is Leadership?

Sumber asli: http://info.hoganassessments.com/blog/integrity-critical-for-leadership-success

Kata Kunci Artikel ini:

  • ebook integritas

Read More

Stres Membunuh Anda

stress2

Penelitian di Universitas Everest menunjukkan bahwa lebih dari 80% orang Amerika stres dengan pekerjaan mereka, dan 75% orang mengatakan bahwa aspek yang paling membuat stres adalah faktor atasan. Studi menunjukkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan peluang seseorang mengalami gangguan mental atau emotional disorder, seperti mengalami depresi, kecemasan, dan serangan panik (panic attack). Menurut American Psychological Association, 63% orang mengalami gejala psikologis dari stress kronis. Penelitian juga menunjukkan bahwa karyawan muda yang memiliki pekerjaan dengan risiko stres, memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami kecemasan atau depresi.

Dan stres tidak hanya menyerang sisi psikologis, namun juga menyerang sisi medis. Stres kronis berkaitan dengan peningkatan sindrom metabolis (metabolic syndrome), yang merupakan sekumpulan tanda dan gejala seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan ukuran pinggang yang membesar yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Stres yang terkait dengan pekerjaan juga akan berefek terhadap kehidupan keluarga. Pria maupun wanita yang mengalami stres akan dapat menyebabkan permasalahan dalam kehidupan keluarganya.

Memang stres adalah bagian yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan manusia, namun stres kronis yang disebabkan faktor atasan dapat menyebabkan seseorang sakit secara fisik maupun psikologis. Dengan meningkatkan kualitas para manajer, perusahaan dapat mengurangi stres pada karyawan, meningkatkan komitmen di tempat kerja, meningkatkan kinerja, mengurangi turnover, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan para manajer, perusahaan harus merekrut dan mengembangkan manajer yang memiliki 6 (enam) karakteristik kepemimpinan, yaitu integritas, kegigihan, kesederhanaan, memiliki visi, kompeten, dan mampu mengambil keputusan.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh atasan terhadap stres dan pengaruh stres terhadap kesehatan, cek eBook Stress is killing you

Read More

Keseimbangan Dalam Tim kerja

balance

Judul asli: Dysfunctional Team: It’s Your Fault
Penulis asli: Ryan Daly
Diterjemahkan dan disarikan oleh Prisila Sekar Rani

Kita tahu bahwa tim dengan kinerja tinggi dapat memberikan keuntungan lebih besar bagi organisasi. Akan tetapi, kebanyakan manajer tidak paham bagaimana cara suatu tim bekerja. Biasanya manajer menempatkan SDM dalam satu tim hanya dengan melihat kombinasi peran fungsional atau kemampuan teknis saja (seperti di satu tim terdapat akuntan, insinyur, marketing, dll), namun mereka tidak melihat peran psikologis di dalam tim tersebut. Peran psikologis tersebut ditentukan oleh kepribadian seseorang. Terdapat 5 (lima) peran psikologis, antara lain:
1. Results: Individu yang tertarik untuk bertanggung jawab dalam mengelola tim
2. Relationships: Individu yang cenderung bersikap kooperatif dan berempati terhadap orang lain
3. Process: Individu yang tertarik dengan implementasi, detail pelaksanaan, dan penggunaan sistem untuk penyelesaian tugas
4. Innovation: Individu yang dapat mengantisipasi masalah, memecahkan masalah, dan menghasilkan solusi yang kreatif
5. Pragmatism: Individu yang praktis dan memiliki pendekatan yang realistis

Tim yang tidak seimbang atau ada beberapa peran psikologis yang kosong dalam satu tim dapat mengakibatkan beberapa hal yaitu:
– Tidak adanya individu yang memimpin tim
– Tidak adanya kerjasama dalam tim
– Tidak menghasilkan ide yang besar

Oleh karena itu, terdapat kombinasi kemampuan, pengalaman, dan kepribadian yang tepat dalam suatu tim merupakan kunci untuk menciptakan tim yang produktif.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai cara menemukan keseimbangan yang tepat bagi tim Anda, cek eBook Dysfunctional Team? It’s your fault.
Sumber asli: http://info.hoganassessments.com/blog/dysfunctional-team-its-your-fault

Kata Kunci Artikel ini:

  • soal psikotes experd psikologi
  • hasil tes hogan
  • contoh soal tes potensi akademik experd
  • interpretasi tes hogan
  • psikotes untuk manajer keuangan di experd
  • soal psikotes experd

Read More

Pentingnya Kemampuan Penalaran Bisnis

strategy

Pada artikel [Mengulik Kepribadian Menggunakan Hogan Assessments], telah disampaikan ada 3 (tiga) asesmen kepribadian dari Hogan Assessments. Setelah membahas mengenai alat tes kepribadian maka kali ini memperkenalkan asesmen yang mengukur penalaran bisnis.

 

Hogan Business Reasoning Inventory  atau HBRI mengidentifikasi individu yang belajar dengan cepat dan mampu memecahkan masalah serta memahami implikasi ekonomi strategis dan lingkungan yang kompetitif. HBRI cocok untuk level manager dan eksekutif yang diharuskan dapat mengambil keputusan dalam mengalokasikan keuangan dan sumber daya manusia. Selain itu, HBRI juga berguna dalam membantu memahami gaya kognitif seseorang dan mendapatkan gambaran arah pengembangan strategi karir dari kompetensi unik yang dimilikinya.

Di bawah ini adalah pembagian 4 (empat) gaya kognitif berdasarkan HBRI:

  1. Expedient Thinker
    Menganalisa masalah secara oportunis, memilih sesuatu yang cepat dan mudah, memilih secara intuitif dibanding reflektif dan cenderung mengarah pada solusi yang buruk.
  2. Free Thinker
    Mengidentifikasi masalah penting tetapi mengabaikan hambatan yang ada dalam memberi solusi, dan meminimalkan pentingnya langkah-langkah rinci yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
  3. Laser Thinker
    Berfokus pada masalah dan hambatan dalam memberi solusi, tidak menempatkan masalah dalam konteks yang lebih besar dan mengevaluasi kebutuhan yang solusi segera.
  4. Critical Thinker
    Mengkontekstualisasikan masalah dengan benar dalam jangka pendek dan manfaat jangka panjang dari solusi yang diberikan, menyelesaikan masalah secara efektif.

Kata Kunci Artikel ini:

  • imoginative kepribadian
  • kepribadian imaginative
  • asesmen values and motives inventory
  • contoh tes inventori sdm
  • kepribadian buruk menurut hogan assesment
  • kepribadian seorang yang imaginative
  • tes inventori dalam dunia sdm

Read More

Mengenali Motivasi Individual dan Kesesuaian dengan Nilai-nilai Organisasi

values

Pada artikel ini, telah disampaikan ada 3 (tiga) asesmen kepribadian dari Hogan Assessments. Setelah membahas mengenai alat tes Hogan Personality Inventory (HPI) dan Hogan Development Survey (HDS), sekarang kita menilik kepribadian dalam konteks yang sedikit berbeda.

Motives, Values, Preferences Inventory atau MVPI adalah inventori kepribadian yang mengukur nilai, tujuan dan minat seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek tersebut mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja seseorang. Organisasi dapat menggunakan tes ini untuk merekrut individu dengan nilai-nilai yang konsisten dengan nilai organisasi.

MVPI memberikan masukan mengenai:

  • Hal-hal yang membuat seseorang puas dan termotivasi
  • Nilai-nilai dalam diri yang menggerakkan seseorang dalam karirnya
  • Lingkungan kerja yang sesuai
  • Budaya yang akan diciptakan seorang pemimpin di dalam timnya

MVPI adalah alat yang sangat baik untuk menentukan apakah seseorang cocok dengan suatu pekerjaan, tim, atau organisasi. Inventori ini memiliki fitur:

  • Penggolongan nilai-nilai yang disesuaikan dengan dunia bisnis
  • Mengevaluasi kesesuaian antara nilai-nilai pribadi individu dengan budaya organisasi
  • Memprediksi kesuksesan dalam pekerjaan dan kepuasan kerja
  • Dikembangkan secara khusus untuk kelompok pekerja dewasa
  • Norma lebih dari 500.000 pekerja dewasa di seluruh dunia
  • Divalidasikan pada lebih dari 100 organisasi
  • Administrasi secara online dengan akses terproteksi
  • Dikembangkan berdasarkan teori motivasional melalui riset selama 85 tahun

Skala dalam MVPI ada 10 (sepuluh), yaitu:

  1. Recognition: dikenal dan diakui publik, tampil di depan forum
  2. Power: memegang kuasa/keputusan, dianggap berpengaruh
  3. Hedonism: work hard – play hard, waktu luang atau fleksibel, lingkungan yang open-minded
  4. Altruistic: membantu orang lain, memberikan pelayanan
  5. Affiliation: networking, bangun hubungan, menjadi bagian kelompok
  6. Tradition: konservatif, normal sosial tertulis dan tidak tertulis, hierarki jelas
  7. Security: aman, bebas risiko, lingkungan kerja dapat diprediksi
  8. Commerce: menghasilkan laba, keuntungan finansial, keterlibatan dalam finansial, efisiensi
  9. Aesthetics: fokus pada kualitas dan tampilan produk, keindahan, keserasian
  10. Science: pemecahan masalah secara analisis, bekerja dengan teknologi

Kata Kunci Artikel ini:

  • apakah tes nilai dan motivasi inventori
  • kesesuaian nilai dengan organisasi
  • nilai budaya organisasi menurut robert hogan
  • nilainilai budaya organisasi robert hogan

Read More